Cara Ampuh Menghilangkan Obeng dan Tang (quick edit)

by 03:21

2 Cara Ampuh Menghilangkan Obeng dan Tang (quick edit)

Anda semua pasti pernah melihat icon berbentuk obeng dan tang pada widget blog kita. Icon tersebut di sebut juga dengan icon Quick Edit. Atau dengan kata lain untuk pengeditan secara cepat. Sebenernya itu hanya muncul saat kita sedang log in di akun blogger kita. Dan akan menghilang jika orang lain atau kita sebagai pemilik blog tersebut tidaklah log in di akun blog tersebut. Jadi menurut saya tidaklah mengganggu. Bahkan membuat kita semakin cepat dalam melakukan proses pengeditan kode widget. 

2 Cara Ampuh Menghilangkan Obeng dan Tang (quick edit)
Namun ternyata ada beberapa blogger yang tidak suka dengan kehadiran icon tersebut dan ingin menghapusnya. Menurut mereka itu mengganggu. Jika anda termasuk kedalam orang yang merasa terganggu dengan kehadiran obeng dan tang tersebut. Anda dapat menghilangkannya dengan mengikuti tutorial saya dibawah ini.

Ada 2 cara yang saya ketahui untuk menghilangkan obeng dan tang. Berikut cara-caranya :

Cara Pertama

1.  Login ke blogger.
2.  Klik  tab Template.
3.  Klik Edit HTML.
4.  Cari kode seperti ini : ]]></b:skin> (ctrl+f  --> skin)
5.  Copy paste kode berikut persis di atas kode yang tadi :
 .quickedit{ display:none;}
6.  Simpan template.
Jika anda tidak berhasil dicara pertama, ada cara kedua yang dijamin akan berhasil.

Cara Kedua

1.  Login ke blogger.
2.  Klik  tab Template.\
3.  Klik Edit HTML.
4.  Cari kode seperti ini :   <b:include name='quickedit'/> (ctrl+f)
5.  Hapus semua kode tersebut. 
6.  Simpan template.


Last Words

Kini saatnya kita ucapkan “ Selamat tinggal Obeng dan Tang, forever ! “. Sekian post tentang 2 Cara Ampuh Menghilangkan Obeng dan Tang (quick edit). Jangan lupa membaca post saya yang lainnya dengan membaca DAFTAR ISI. Maaf bila ada salah-salah kata dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi anda :)

Program Input Output JAVA Menggunakan JOptionPane

by 09:16

                   Program Input Output JAVA Menggunakan JOptionPane


Program input output ini akan menampilkan tampilan berupa inputan yang diberikan oleh user, hasil inputan tersebut ditampilkan melalui message dialog berbasis GUI. Agar tampilan berbasis GUI pada bagian program di atas menggunakan class JOptionPane yang terdapat pada package javax.swing. JOptionPane dapat membuat dialog box standard yang menginformasikan kepada user untuk memasukkan sebuah nilai.
SCRIPT PROGRAM ID.JAVA
Import javax.swing.*;
class ID {
public static void main(String[]args){
String nama=JOptionPane.showInputDialog("Masukkan Nama : ");
String npm=JOptionPane.showInputDialog("Masukkan NPM : ");
String kls=JOptionPane.showInputDialog("Masukkan Kelas : ");
JOptionPane.showMessageDialog(null,"Nama Anda "+nama+"\nNPM Anda : "+npm+"\nKelas Anda "+kls);
System.exit(0);
}
}
PENJELASAN PROGRAM :
Class ID {...}’ pada bagian program di atas merupakan pendefinisian class dengan modifier public, agar dapat dikompilasi dan dijalankan oleh Java VM. Jadi sintaks dasar yang utama untuk sebuah file program Java adalah sintaks definisi class seperti berikut : [modifier] [class] namaclass . Kemudian untuk public static void main (String[] args){ ....} kode program ini merupakan bagian utama, karena bagian ini adalah bagian yang pertama kali dijalankan. ’public’ merupakan salah satu macam modifier. ’static’ menunjukkan tipe method. ’void’ menunjukkan bahwa method tidak mengembalikan nilai atau objek. ’main’ merupakan nama method utama dari program java. ’string’ sebagai tipe argumen yang diterima untuk parameter dari command java. Dan ’args’ merupakan array argumen yang bisa ditambahkan pada saat menggunakan command java untuk menjalankan program java.
Statemen import javax.swing.* digunakan untuk menginformasikan bahwa kita akan meng-import class JOptionPane dari package javax.swing. Sedangkan untuk String nama=JOptionPane.showInputDialog(“Masukkan Nama: "); Digunakan untuk membuat input dialog JOptionPane, yang akan menampilkan dialog, yang terdiri atas sebuah message, sebuah textfield dan sebuah button OK. Dialog tersebut akan memberikan return value String yang akan disimpan di variabel name.
JOptionPane.showMessageDialog(null,"Nama Anda "+nama+"\nNPM Anda : "+npm+"\nKelas Anda "+kls);
Digunakan untuk menampilkan sebuah dialog yang berisi output dari inputan yang telah kita berikan dan sebuah OK button.
Untuk melakukan kompilasi kode pemrograman Java, gunakan perintah javac yang sudah terdapat di dalam Java Development Kit (JDK).
javac (nama-program)
Perintah diatas akan menghasilkan file *.class , kemudian jalankanlah dengan perintah java, dengan sintaks sebagai berikut :
java (nama-classjava)
Untuk mengcompile program di atas ketiklah syntax berikut : javac ID.java kemudian ketikan java ID
Adapun hasil dari compiling dari program di atas adalah sebagai berikut :


Pare, Mojokuto hingga Kampung Inggris

by 23:00


Dinamisnya sebuah Kota Kecil: “Dari Parelenan, Pare, Mojokuto hingga Kampung Inggris” “Pare”-Apalah Artinya Sebuah Nama? Jika menyebut “Kampung Inggris Pare” di kabupaten Kediri, provinsi Jawa Timur, yang dikenal karena pusat kursus bahasa Inggris di Indonesia ini, siapa yang tak penasaran? Nah, berawal dari rasa penasaran pada nama Pare inilah, maka kami  mencoba menelusuri sejarah nama Pare. Tim penelusur, Irwan Lalegit, Agus Tri Winarso dan Masruli Abidin, menyajikannya untuk pembaca kompasiana. Sebagai pelajar kursus bahasa di Pare, kali pertama mendengar nama ini, kita pasti menyangka jika nama Pare diambil dari jenis sayuran yang sering digunakan untuk obat, sayur Pare atau Paria–(momordica charantia, Latin)–yang rasanya pahit namun kaya nutrisi. Ternyata sangkaan kita bisa salah. Usul punya asal, nama Pare diambil dari kata “panglerenan”–bahasa Jawa. Berdasar tuturan dari beberapa warga Pare, penggunaan kata “panglerenan” ini berasal dari zaman kerajaan-kerajaan dahulu, yang kala itu identik dengan perang, perebutan kekuasaan, pemberontakan. Waktu itu Pare sering dijadikan “panglerenan”--tempat beristirahat atau bersembunyi dari kejaran musuh--dan biasanya jika mereka bersembunyi di Pare, tentu saja selalu selamat. Pada jaman kolonial Belanda, ada juga orang yang dikejar para serdadu wolanda lalu bersembunyi di Pare. Kebetulan orang itu terselamatkan karena bersembunyi. Dari telusuran kami, di wilayah kecamatan Pare ini memang cocok dan strategis dijadikan tempat persembunyian. Contohnya, disini ada terowongan Surowono–lubang bawah tanah–yang sepertinya memang sengaja dibangun sebagai gua pertahanan, persembunyian dari kejaran musuh. Lubang bawah tanah ini mengingatkan kita dengan film-film bertema perang Vietnam–“film Rambo yang dibintangi aktor laga Sylvester Stallone”–dengan terowongan Cu Chi Tunnel-nya milisi Vietkong dan tentara Vietnam Utara sebagai rumah dan benteng pertahanan melawan pasukan Amerika Serikat sepanjang tahun 1957 sampai 1975. Bagi yang pernah merasakan sensasi masuk terowongan Surowono di desa Canggu–meskipun kalah panjang dengan terowongan Cu Chi Tunnel yang panjangnya lebih dari 200 kilometer–pasti bisa menebak kalau terowongan yang oleh warga sekitar disebut “Gua Kahuripan” sepanjang lebih kurang 500 meter itu jelas dibangun untuk pertahanan. Tuturan beberapa warga sekitar pun mengatakan hal yang sama kalau jejak sejarah itu sengaja di buat pada jaman kerajaan Panjalu-Kediri untuk pertahanan saat perang atau tempat persembunyian raja-raja. Konon, Pare juga sejak dahulu aman dari bencana alam. Pare menjadi tempat berhentinya bencana alam yang menurut salah satu warga sampai sekarang bencana alam jarang terjadi di Pare. “Setidaknya di Pare belum terjadi bencana alam besar”, kata Mas Munir salah satu warga Pare ketika di ajak diskusi. Ceritanya, pada waktu gunung Kelud meletus dan terjadi banjir lahar maka semua daerah yang di sekitaran Pare mengalami banjir lahar dingin, tetapi setelah mendekati Pare, banjir tersebut berhenti hingga warga mengatakannya sebagai “Leren”. Membenarkan kota kecil ini sebagai daerah sejuk dan cocok untuk tempat tinggal, itu sudah pasti, karena berada di ketinggian 125 meter diatas permukaan laut, sehingga terbilang nyaman untuk beristirahat, juga karena biaya hidup yang tergolong terendah se Indonesia. Disini pula berbagai olahan kuliner, jajanan yang enak dan higienis dapat kita jumpai dengan mudah dan sudah pasti murah. Kota ini juga dikenal sebagai kota damai meski silang budaya Jawa dengan beragam suku seperti Cina, Madura, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Bali, Arab, dan sebagainya terjadi disini. Tidak pernah ada benturan karena warga Pare pun telah banyak berasimilasi dengan warga pendatang yang berprofesi sebagai pegawai, pengusaha, pekerja dan pelajar itu. Menguatnya sistem demokrasi, tumbuhnya kesadaran beradab dan kepedulian sosial serta partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan sosial-ekonomi (gairah kewirausahaan), membentuk sebuah karakter dimana karakter inilah yang mungkin menyebabkan masyarakat Pare memiliki keramahan untuk menerima perbedaan dan toleran terhadap semua keadaban. Dengan gairah kewirausahaan inilah, kota Pare menopang kabupaten Kediri pada tahun 2005 untuk menduduki peringkat ketiga dari 200 kabupaten-kota di Indonesia dengan daya tarik investasi yang bagus--sesuai survey yang dilakukan Komisi Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), dimana selain kabupaten Kediri, kota Kediri juga pernah dinobatkan sebagai peringkat pertama Indonesia Most Recommended City for Investment pada tahun 2010 berdasarkan survey oleh Majalah SWA--dibantu oleh Business Digest--unit riset bisnis grup Majalah SWA. Hal ini semakin menguatkan pendapat bahwa kota Pare, meskipun sebagai kota kecil tetapi sangat dinamis. Dinamisnya Sebuah Kota Kecil Meski sebagai kota kecil, tetapi semangat dagang–gairah kewirausahaan–warga kota ini tidak bisa dibilang kecil. Bisa jadi karena letaknya yang sangat strategis karena berada di 25 km sebelah timur laut kota Kediri yang dahulu sebagai pusat kerajaan Kediri, atau 120 km barat daya kota Surabaya (kota pelabuhan besar yang ramai di utara Jawa Timur), menjadikan posisi Pare tepat berada di jalur ekonomi Surabaya, Jombang, Kediri, Kertosono dan Blitar serta Kediri ke Malang. Jangan heran kalau Pare memiliki beberapa pasar sebagai pusat ekonomi rakyat, yakni pasar Lama, pasar Lombokan (Cabe), pasar Krempyeng dan pasar Baru atau Pamenang. Selain pasar diatas, ratusan toko-toko yang menjadikannya sebagai pusat keramaian, sekarang ini banyak terpusat di sepanjang jalan di depan bekas stasiun Pare jaman dulu, yang menghubungkan Kediri-Pare-Jombang dengan kereta “Sepur Trotok”-nya sampai akhir tahun 1970-an. Selain pernah meraih dua kali piala “Adipura” untuk kota kecil terbersih, Pare sudah lama diwacanakan untuk menjadi ibukota kabupaten Kediri setelah Kediri dimekarkan menjadi dua yaitu kota Kediri dan kabupaten Kediri. Namun sayang, wacana menjadikan Pare sebagai ibukota kabupaten pun kandas setelah DPRD dan pemerintah kabupaten Kediri menempatkan pusat pemerintahan di desa Sukorejo (Katang) di wilayah kecamatan Ngasem, dekat dengan pusat bisnis terpadu Simpang Lima Gumul dengan ikon monumen Simpang Lima Gumul (MSLG) nya, yang mirip Arch D’ Triomphe-nya Napoleon di kota Paris, Perancis. Sebagai kandidat kota kabupaten, Pare sebenarnya telah memiliki berbagai infrastruktur dan fasilitas penunjang yang memenuhi syarat pengembangan pusat pemerintahan, disini ada berbagai hotel, Rumah Sakit HVA Tulungrejo peninggalan Belanda sejak 1908 (sekarang milik PT. Perkebunan Nusantara X), dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Kediri, Rumah Sakit Umum Amelia, Rumah Bersalin Kasih Bunda, Rumah Bersalin Nuraini dan masih ada lagi Puskesmas, Klinik, Pos Bidan dengan fasilitas lengkap. Tak ketinggalan, ATM Bank bersama, warnet 24 jam ber-AC, Masjid Besar, dan lain sebagainya. Soal fasilitas pendidikan, sekolah-sekolah favorit dari tingkat TK sampai dengan SMA ada disini. Ada SMP Negeri 2 Pare, SMA Negeri 1 Pare dan SMA Negeri 2 Pare juga ada Madrasah Aliyah Negeri Krecek, SMK Canda Birawa dan beberapa kampus seperti Akper, Akbid dan Akop. Jadi jangan heran, walau statusnya sebagai kota kecamatan, Pare memiliki semuanya termasuk Anda tidak akan kesulitan menemukan ATM dari beberapa Bank nasional seperti BCA, Mandiri, BNI, BRI, Bank Jatim, Danamon, Artha Pamenang, dan sebagainya. Fasilitas lainnya adalah lapangan/stadion olahraga “Canda Bhirawa” sebagai homebase atau markasnya tim sepak bola Persedikab (Persatuan Sepakbola Kediri Kabupaten) yang pernah dua kali berlaga di Divisi Utama. Persedikab biasanya menjamu lawan-lawannya di stadion “Canda Bhirawa” yang terletak tak jauh dari Masjid Agung An Nur, kini menjadi “landmark”-nya Pare selain Tugu Garuda, Monumen Mastrip, Patung Pahlawan, Patung Mbah Budho, Alun-alun Tamrin, dan Gedung Sanggar Budaya. Di sektor Agrokompleks, tanah sebagai daya dukung pertanian, peternakan, perikanan darat di wilayah kecamatan Pare sangat subur karena bekas letusan gunung Kelud dan tidak pernah mengalami kekeringan. Maka jangan heran disini banyak dikembangkan bibit-bibit pertanian yang pada 1999 pernah menempati predikat urutan pertama kecamatan sebagai lumbung Padi dan Jagung di kabupaten Kediri dan Jawa Timur. Komoditas andalan yaitu Jagung, Kacang Hijau, Cabai, Jambu Air, Pisang, Melinjo, Kelapa, Ayam buras, sedangkan komoditas unggulannya yaitu Padi, Ayam Ras, Bawang Merah. Selain itu kecamatan ini juga penghasil Terong, Tomat, Jambu Mete, Tebu, Kapuk Randu, Kacang Panjang. Untuk Pisang sering diolah jadi Gethuk Pisang sebagai oleh-oleh khas Pare bersama Tahu Kuning. Satu lagi, Pare salah satu sentra peternakan Kerbau, Ayam Petelur, Lebah Madu, pengembangan ikan Lele Lokal (Clarias Batracus, Latin) dan ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus, Latin) utama dan pertama di Jawa Timur bahkan Indonesia. Disini pula dikembangkan usaha pembenihan ikan, budidaya ikan konsumsi seperti ikan Bawal, ikan Mujair, ikan Mas, juga budidaya ikan hias seperti di desa Canggu, sampai penangkapan ikan (lokasi pemancingan) di perairan umum yang semuanya itu menjanjikan keuntungan cukup besar bagi masyarakat. Karena lahan yang subur itulah, beberapa industri menengah bertaraf internasional pernah didirikan disini. Belanda pernah membangun beberapa pabri gula seperti pabrik gula “Indocorn” yang juga memproduksi minyak goreng “Tjap Sintanola”. Sekarang, ada juga industri rumah tangga beragam produk seperti pabrik tahu, pabrik keripik, pabrik bata merah, pabrik genteng, dan industri menengah seperti pabrik tripleks (plywood) dan puluhan pabrik pembuatan senjata berburu hewan liar juga ada disini. Sejarah yang tak Tercatat Kota kecil Pare termasuk kota sejarah. Hanya saja, sampai sekarang belum diketahui dengan pasti kapan kota kecil ini berdiri dan siapa pendirinya. Meski begitu, sebagai kota sejarah Pare memiliki dua candi yang terletak tidak jauh dari pusat kota, yakni candi Surowono dan candi Tegowangi. Ada juga patung “Mbah Bhudo” yang berada di alun-alun Tamrin (taman ringin budho) sebagai taman kota yang berlokasi di bekas lapangan Persendo. Di jaman Belanda kota Pare masuk jalur kereta api dari Kediri ke Jombang, meskipun sekarang hanya tersisa relnya saja. Peninggalan sejarah diatas membuktikan bahwa kota Pare telah ada ratusan tahun lalu. Karena itu, bisa jadi Pare lalu menarik minat antropolog kaliber dunia, Clifford Geertz, meneliti dan menulis buku terkenal, “The Religion of Java”  Dalam buku tersebut, Geertz menyamarkan Pare dengan nama “Mojokuto” dan dari sinilah nama Pare kemudian mendunia karena diperbincangkan oleh para pengkaji etnografi-terutama pusat kajian budaya Asia-di kampus-kampus Eropa dan Amerika. Mojokuto mungkin dipilih karena daerah ini merupakan pusat kekuasaan kerajaan Hindu-Jawa, sejak kerajaan Daha (Panjalu) hingga Singosari, dan memiliki hubungan historis dengan kerajaan Majapahit yang berpusat di Mojokerto selain juga karena Kediri merupakan salah satu pusat Santri dan sekaligus kaum Nasionalis serta penghayat aliran kepercayaan-kebatinan seperti Sapta Dharma. Di Pare banyak tempat-tempat yang mengingatkan kita pada Pahlawan yang sudah membela Negara Indonesia ini seperti Taman Makan Pahlawan (TMP) Canda Bhirawa. TMP inilah bukti sejarah bahwasanya Putra-Putri terbaik Pare telah berjasa untuk Bangsa dan Negara Indonesia, karena itu apabila kita memiliki kerinduan dengan pahlawan-pahlawan kita bisa mendoakan atau ziarah di TMP yang terletak tidak jauh dari Mesjid Agung An Nur. Untuk mengenang jasa kusuma bangsa pula, ada juga tugu pahlawan yang letaknya persis di ujung jalan PB Sudirman, di tengah-tengah pertigaan sebelahnya alun-alun Tamrin Pare, dan monumen TGP Brigade XVII (Tentara Genie Peladjar) depan gedung tua di jalan TGP yang dulu dijadikan markas TGP dalam perang gerilya mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Ya, kota Pare memang sangat dinamis sebagai sebuah kota kecil, “Unik, Khas, dan Membanggakan”. Tak heran, dari Parelenan, Pare, Mojokuto hingga Kampung Inggris, telah menjadikan Pare sebagai salah satu ikon penting dalam perjalanan negara dan bangsa Indonesia. Pare layak dicatat terus dalam sanubari kita, meski ada rentang-rentang sejarah yang ‘mungkin sengaja’ tak dicatat atau lupa.

Kediri Jaman dulu

by 22:50

               

January 28, 2014 at 14:20 | Source: facebook.com

Foto Presiden Sukarno sedang berkunjung ke kediri ketika gunung Kelud meletus tahun 1951 menggunakan mobil plat AG 1. Mobil dinas Residen Kediri R. Soewondo Ranoewidjojo yang sedang menjabat waktu itu.
STASIUN KEDIRI 1892, Dilihat dari Jalan Dhohoterhalang rimbun pepohonan
Pasar Pahing - Another Version
 
STASIUN KOTA KEDIRI Tahun 1910
Ternyata dulunya jalan Stasiun banyak pohon tinggi
KEDIRI BRUG 1955
Jembatan Lama bikinan Belanda penghubung barat-timur sungai yang awet kita lewati sampai sekarang
Inilah wajah PASAR PAHING tahun 1930
ALUN-ALUN KEDIRI Tahun 1930an
Masih belum ada Pedagang Kaki Lima
JALAN DHOHO PERTIGAAN STASIUN 1930
KEDIRIE ALOON ALOON (JAVAANSCHE RESTAURANTIE)
Begitulah orang Belanda menyebut pedagang makanan lesehan yang berjualan di bawah pohon yang teduh dan rindang di ALUN ALUN KEDIRI tahun 1900-an
KANTOR POS PARE Tahun 1930
KLENTENG TJIOE HWIE KIONG 1930
Tetap tegar berdiri menghadap sungai Brantas.
Dulur, setelah 80 tahun berlalu, kira-kira apa saja perubahan yang telah terjadi ??
KANTOR POS KEDIRI 1930
(KEDIRIE POOST KANTOOR)
STASIUN KOTA KEDIRI Tahun 1900
Belum ada becak & Motor, Banyak delman yang parkir
Masjid Agung Kediri 1930
Masih belum memiliki tower
GEREJA "MERAH" IMMANUEL Tahun 1930an
Dekat Bunderan Sekartaji, jalan raya masih tanah yang belum diaspal.
Tradisi Kuno Kediri : RAMPOGAN MATJAN
Bila orang Spanyol menggunakan Banteng, orang Kediri dulu menggunakan Macan. Mungkin banyak yang tidak tahu tradisi ini. Prosesi hukuman mati bagi macan yang sering menyerang ternak penduduk. Dilaksanakan di tengah Alun-alun, sang Macan dikelilingi ramai penonton yang siap membawa tombak menghalau dan menusuk macan sampai mati.
Karena dianggap tidak berperi kemanusiaan akhirnya tradisi ini dilarang Belanda tahun 1905 selain disinyalir sebagai salah satu penyebab kepunahan Harimau Jawa. Ngeri juga ya ?
FOTO UDARA GUNUNG KELUD Th 1920
PARE SPOOR WAGEN
ARCA TOTOK KEROT
Salah satu benda bersejarah peninggalan Kediri ketika pertamakali ditemukan.
ALUN_ALUN KEDIRI tahun 1938
Taman Alun-alun yang sejuk dan rindang dengan 'penampakan' 2 noni Belanda dan anak yang sedang bermain. Bersemi NDA
Inilah wajah PG PESANTREN Tahun 1926
ALUN-ALUN KEDIRI 1948
Gambar diambil dari atas pesawat, ketika Jl. PB Sudirman itu masih pertigaan dan belum ada jembatan baru serta belum ada Google Earth
JEMBATAN LAMA 1922 
dari arah timur sungai beserta 'muatannya' tetap tegar sampai sekarang
PG. NGADIREJO (foto 6 Juni 1939)
Inilah Wajah-wajah Keluarga Besar Founding Father pendirinya
Mungkinkah dari yang masih anak-anak itu masih hidup sampai sekarang?
Sekolah Kanak-Kanak (Fröbelschool) Belanda di Kediri Tahun 1938
pengajarnya adalah Noni-noni Belanda
JEMBATAN LAMA tahun 1947
(Foto dari Udara)
FOTO UDARA PG MERITJAN JAMAN BELANDA
Foto dari Udara PG. NGADIREDJO tahun 1947
KAWAH GUNUNG KELUD 1901
Ketika Presiden Sukarno Baru Lahir
KANTOR POS GURAH Th. 1930
Didepannya Rel kereta api Kediri-Pare yang sekarang tidak terpakai, terlihat masih bagus karena masih beroperasi
RUMAH SAKIT HVA TULUNG REJO (06/04/1935)
Sedang dikunjungi Gubernur Jendral BelandaJl. A. Yani 25 Pare (sekarang)
JEMBATAN "LAMA" KETIKA MASIH "BARU"
TEBING SUMBING GUNUNG KELUD th. 1901
Yang pernah ke Gunung Kelud pasti pernah berfoto di tebing yang eksotis ini, seperti yang dilakukan Meneer/Bule Belanda ini 110 tahun yang lalu, I Love Kediri "NDA"
ETUSAN DAHSYAT GUNUNG KELUD 1951
Foto dari udara : JEMBATAN LAMA tahun 1947
Dari jauh terlihat siluet Gunung yang tak berubah hingga kini, Lapangan Brawijaya, Sekitar Stasiun dan Jalan Dhoho masih terlihat seperti 'hutan', Bangunan di timur sungai masih terlihat baru dan jembatan itu masih awet kita lewati setiap hari sampai sekarang. Klasik nda ..
Lapangan BRAWIJAYA Sebelum jadi Stadion dari album Sportivo Kediri
Kediri Tempo Doeloe Gerbang Minggiran Kediri Tahun 1910
Kantor Pabrik Gula Pesantren Tahun 1926 
dan Meneer yang mbaurekso
Pabrik Karung di Kencong - Kec. Kepung dekat Pare Tahun 1926
Kediri Tempo Doeloe Hulppost- en telegraafkantoor te Papar
Kantor Pos Papar Tahun 1930
Kediri Tempo Doeloe :  Jembatan Mrican Tahun 1930
Dengan Siluet Gunung Wilis dan Cerobong Asap PG. Meritjan
Jalan Dhoho, Perempatan Aries Motor jaman dulu  ketika masih ada bendera belanda
sekarang malam hari banyak lesehan pecel tumpang
Suasana Hiruk pikuk Gedung Bioskop SENTRAL ketika masih bernama VOLTA, Jl. Pattimura depan Pasar Setono Betek dengan film yang diputar hari itu masih hitam putih berjudul "Calypso Heat Wave". 
Film yang dirilis tahun 1957.
Foto Udara pabrik pengolahan Ketela di Djengkol Plosoklaten tahun 1947, 
kini bekasnya masih difungsikan sebagai kawasan perkebunan milik PG.Pesantren Baru Kediri PTPN X. Saksi bisu tragedi '65
Perempatan Jalan Dhoho tahun 50-an
Jalan terlihat sepi, hanya andong, mobil kuno dan sesekali pejalan kaki melintas. Terlihat juga Gedung BI dan Gunung Klotok yang masih terlihat jelas.
Pabrik Gula "BADAS" Tahun 1912
Bersama Para Meneer Tebu
Pohon Besar di pinggir jalan raya, Desa Gadungan Kec. Puncu, bersama "penampakan" Meneer dari Departemen Kehutanan Hindia Belanda. Foto dibuat Tahun 1927.
Kereta Lori Pengangkut Tebu PG. PESANTREN 
Jaman Hindia Belanda Tahun 1926
PG Pesantren yang tergabung dalam PTPN X bersama PG Ngadirejo baru saja mendapatkan penghargaan sebagai Pabrik Gula BUMN dengan performa terbaik sepanjang Tahun 2011 dari 51 Pabrik Gula Seluruh Indonesia.
Kantor Pos Kras Tahun 1930
Perempatan Jimbun/Jiboen Kandat
Berseberangan dengan makan Ki Ageng Jimbun, Murid sekaligus laskar Pangeran Diponegoro yang hijrah dan pertamakali membuka hutan (babat alas) disini. Pos pantau Kereta Lori tebu yang dibuat tahun 1930 oleh Belanda, adalah bukti sisa-sisa kebesaran dimasa lalu.
Rabu Tempo Doeloe :
Halaman SMA Negeri 1 Kediri tahun 1941 Kala itu Jalan Veteran masih bernama jalan Klotok
Kediri Tempo Doeloe :
Jembatan Lama Ketika Banjir Th. 1955
Dengan latar belakang gunung Klotok
Air Sungai brantas terlihat meluap setinggi jalan di jembatan
bisa dibayangkan ketinggian air di jalan Yos Sudarso & Jl. Brawijaya
Pemain Jaranan Tahun 1920
semoga Budaya Jaranan kita tetap lestari Nda
Powered by Blogger.